Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Pages

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

//

Breaking News:

latest

Tabungan Perasaan

Berikut ini adalah  faidah  yang amat menyentuh hati Penulis, ketika Allah menakdirkan untuk mengikuti majelis Ustadz Zaid Susanto, Lc., ...

Tabungan Perasaan


Berikut ini adalah faidah yang amat menyentuh hati Penulis, ketika Allah menakdirkan untuk mengikuti majelis Ustadz Zaid Susanto, Lc., Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin. Faidah ini tidak akan Anda dapatkan di kitabnya, karena hal ini disampaikan berdasarkan ingatan beliau akan sebuah konsep tentang muamalah, yang beliau baca dari buku terjemahan Syaikh Uraifi (seingat saya begitu penulisannya, karena saya juga pernah membaca tulisan syaikh tersebut). Sekaligus, hal ini menunjukkan pada murid-muridnya bahwa belajar itu tidak harus lewat kitab-kitab Arab, sebagaimana yang sering Penulis jumpai pada sebagian ikhwan yang setelah lancar kemampuan baca kitabnya, menjadi malas untuk membaca buku-buku terjemahan, yang kadang manfaatnya besar. Faidah ini beliau kemukakan setelah mensyarh hadits berikut (silahkan cek Bab Penjelasan Banyaknya Jalan Kebaikan, hadits kelima), bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Jangan meremehkan suatu perbuatan baik sedikit pun, walau itu berupa menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri" [HR. Muslim 2626] 

Tiap orang, memiliki kesempatan untuk menaruh tabungan perasaan dalam diri teman-temannya. Maksudnya, setiap perbuatan baik yang kita lakukan atas diri teman kita, akan selalu ia ingat dan tersimpan dalam dada. Begitu pula dengan perbuatan buruk, satu perbuatan buruk saja, akan ia simpan dalam lubuk hatinya, entah sampai kapan baru ia hapus perasaan itu. Setiap kita melakukan hal-hal "remeh", seperti tersenyum kepada teman, menampilkan wajah berseri-seri, mengucapkan salam, menanyakan kabar, menanyakan kondisi anggota keluarga, menjenguk ketika sakit, membelikan makanan gratis, membawakan barang-barang yang ia bawa, membantunya saat kesulitan ekonomi, ikut bersyukur ketika ia mendapatkan suatu kenikmatan, semuanya adalah tabungan perasaan yang sejatinya kita simpan sedikit demi sedikit, ke dalam hati teman kita. 

Kisah nyata yang cukup menarik datang dari pengalaman ustadz sewaktu belajar di Jami'ah Islamiyyah Madinah. Suatu ketika ada mahasiswa yang mengatakan kepada mahasiswa lain, yang masih seangkatan dengan Ustadz Abdullah Taslim, Ustadz Abdullah Zaen dan lainnya, "Ana senang sekali menjumpai kalian selama ini" Ditanyakan, "Memangnya kenapa akhi?" Mahasiswa itu pun menjawab "Selama ini kalian melihat saya dengan tatapan yang berseri-seri, tidak meremehkan. Dan itu tidak saya jumpai pada diri sebagian saudara kita yang selalu menatap saya dengan pandangan sinis, terkesan meremehkan, dan selalu melihat saya dari kepala sampai ujung kaki, hingga akhirnya mengucapkan salam sekadarnya saja" Kebetulan, mahasiswa tadi memang belum mengamalkan sebagian sunnah Nabi, seperti memotong celana, memelihara jenggot, dan lain sebagainya. Dan tahukah Anda ? Hal ini ia pendam selama 4 tahun lamanya bergaul dengan orang-orang yang meremehkan tadi ! Maka, sejatinya ketika kita bermuamalah dengan teman kita, kita telah menaruh satu tabungan dalam dadanya, tabungan perasaan. Semakin banyak kita menabung akhlaq baik dalam dirinya, semakin ia menaruh kecintaan kepada kita, walaupun, sesuai dengan hadits di atas, hanya berupa menampakkan wajah ceria kepada teman kita itu. Pun sebaliknya, berakhlaq buruk kepada teman kita, sekecil apapun itu, akan tersimpan dalam dadanya, entah sampai berapa lama. Maka, tersenyumlah kepada teman Anda mulai saat ini juga !


Sumber : https://www.kompasiana.com/yhougam

Tidak ada komentar